Batik Paiu Pekalongan Meraih Pasar Jakarta
Peresmian Pusat Batik Nusantara di Thamrin City Jakarta membawa angin segar bagi pengrajin batik dari Pekalongan dan kota lain di pulau Jawa. Pengrajin dan pengusaha batik mendapatkan akses pasar yang lebih luas. Tak sedikit pengusaha yang menggerakkan kembali bisnis batik yang mulai lesu di daerah asalnya, termasuk batik berlabel Paiu Cantika asli dari Pekalongan.
Umi Hani (46) bersama anak perempuannya, Ayun (22), mengambil peluang ini dengan semakin menggiatkan produksi workshop mereka di Pekalongan. Hasilnya dikirim ke Jakarta, karena pasar di ibukota ternyata jauh lebih menguntungkan.
"Eyang (nenek) adalah pengrajin batik tulis di Pekalongan. Usaha batik grosiran di Pekalongan memiliki workshop namun pasarnya sangat kecil dan penghasilan minim sekali. Maksimal Rp 500.000 per hari, dan ini pun tidak stabil," papar Ayun kepada Kompas Female.
Inisiatif dari Departemen Perindustrian Pekalongan membawa sejumlah pengrajin batik daerah ke Jakarta membuka peluang untuk pengusaha seperti Umi dan Ayun. Batik Paiu mendapat kesempatan pameran selama dua bulan, tanpa dipungut biaya. Akses pasar ini dinilai Ayun sangat membantu penjualan batik asli Pekalongan.
Menurut Ayun, rata-rata omzet pada hari kerja (Senin hingga Kamis) bisa mencapai Rp 3 juta. Sedangkan menjelang akhir pekan (Jumat hingga Minggu), pendapatan Paiu bisa mencapai Rp 5 juta.
Paiu, yang diambil dari bahasa Jawa yang artinya laku, memang lebih laku di Jakarta. Tak lain karena pusat belanja di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat, ini memang lebih banyak didatangi pengunjung yang berasal dari berbagai kalangan.
Belum lagi, gerakan nasional penggunaan batik sebagai busana sehari-hari semakin gencar ditularkan. Artinya, kesempatan untuk mempromosikan produk batik semakin luas. Akses pasar lebih terbuka bagi para pengrajin, dan semakin banyak pilihan produk dengan harga beragam untuk pelanggan.
Bicara soal produk, Ayun mengatakan batik Paiu tersedia dengan ragam pilihan jenis batik, desain, serta model. Kompas Female mendapati kios batik Paiu memajang ragam model busana berbahan dasar batik, yang kebanyakan jenis cap dan printing. Modelnya divariasikan dengan kebutuhan pasar, seperti atasan, terusan, dan blazer dengan desain yang feminin. Kemeja pria dan wanita juga tersedia dengan ragam pilihan corak dan warna.
Ayun mengaku kualitas produk batik Paiu masih sangat terkontrol, lantaran sang nenek masih mengontrol produksi di workshop mereka di Pekalongan. Sekitar 15 orang pengrajin batik di kampung halamannya juga masih aktif memproduksi. Terlebih setelah merasakan langsung bagaimana pangsa pasar Jakarta membawa peruntungan yang lebih besar.
Sejak November 2009, Ayun berkisah, Paiu lebih fokus memasarkan produknya di Jakarta. Dengan uang sewa kios yang cukup murah sebagai bagian promosi Pusat Batik Nusantara, Paiu menyewa dua kios sekaligus senilai total Rp 10 juta.
Kemudahan yang diperoleh pengrajin di pusat belanja batik ini memang mendukung penjualan batik Paiu, papar Ayun.
"Selain sewa yang cukup murah, jumlah barang juga tidak dibatasi. Soal kualitas, pihak pengelola memang membatasi batik printing, namun masih diperbolehkan asalkan layak jual," kata Ayun.
Menurut Ayun, prospek busana batik semakin bagus ke depannya. Tak sedikit pengunjung yang awalnya tidak menyukai batik, namun setelah melihat ragam model dan desain yang ditawarkan mereka jadi jatuh cinta dengan batik.
Harga busana batik yang ditawarkan di kios Ayun bervariasi, dari Rp 35.000 hingga Rp 10 juta untuk kain batik tulis asli buatan pengrajin.
Batik tulis memang lebih mahal karena bernilai tinggi. Menurut Ayun, nilai yang tinggi juga diikuti oleh kualitas bahan dan desain yang eksklusif. Kain batik tulis memiliki gambar desain yang tak pernah bisa sama, bahkan dalam satu lembar kain. Setiap desain pun hanya tersedia dalam satu kain, lantaran membutuhkan waktu untuk pembuatannya.
0 Response to "Batik Paiu Pekalongan Meraih Pasar Jakarta"
Post a Comment