Filosofi di Balik Motif-Motif Batik Parang, Batik Tertua di Indonesia - Part 1
Motif Batik Parang merupakan salah satu
motif paling tua di Indonesia. Kata Parang berasal dari Pereng atau
lereng atau tebing yang memiliki bentuk garis diagonal sebgaimana yang
ada dalam motif batik ini.
Dalam
setiap motif batik Parang biasanya akan terdapat susunan motif yang
membentuk seperti huruf S , saling terkait satu dengan lainnya, saling
menjalin, dan ini melambangkan sebuah kesinambungan. Bentuk huruf S
tersebut diadaptasi dari bentuk ombak lautan, menggambarkan semangat
yang tidak pernah padam.
Motif batik
Parang merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton
Mataram Kartasura (Solo). Diciptakan oleh pendiri Keraton Mataram,
sehingga motif ini menjadi pedoman utama dalam menentukan derajat
kebangsawanan seseorang. Bahkan pada jaman dulu motif parang hanya boleh
dikenakan oleh raja dan keturunannya.
Hingga
saat ini Motif parang telah mengalami banyak perkembangan dan
modifikasi. Ratusan bahkan ribuan motif baru bermunculan sehingga dapat
memperkaya perbendaharaan motif batik di Indonesia. Beberapa motif batik
Parang yang paling populer diantaranta misalnya Parang Rusak Barong,
Parang Kusuma, Parang Klithik, Lereng Sobrah dan lain-lain.
Makna yang terkandung dalam motif Batik Parang
Secara
filosofis, motif batik Parang memang memiliki kandungan makna yang
tinggi. Bahasa simbol yang terkandung didalamnya adalah sebuah pesan
bahwa sebagai manusia hendaknya tidak pernah menyerah dalam mengarungi
kehidupan, sebagaimana ombak di samudera yang tak pernah lelah
untuk bergerak.
Bentuk motif batik
parang yang saling berkesinambungan, menggambarkan jalinan hidup yang
tidak pernah putus, selalu konsisten dalam upaya untuk memperbaiki diri,
memperjuangkan kesejahteraan, maupun dalam menjaga hubungan antara
manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya.
Garis
diagonal yang terdapat dalam motif batik Parang, memberi gambaran bahwa
manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian,
serta setia pada nilai kebenaran. Dinamika dalam pola parang ini juga
disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara satu dengan
yang lainnya.
Jenis-jenis Motif Batik Parang
1. Motif Batik Parang Rusak.
Parang Rusak |
Dikutip dari wikipedia.org,
Motif batik Parang Rusak diciptakan Penembahan Senopati saat bertapa di
Pantai Selatan. Motif ini terinspirasi dari ombak yang tidak pernah
lelah menghantam karang pantai. Motif ini melambangkan manusia yang
internal melawan kejahatan dengan mengendalikan keinginan mereka
sehingga mereka bijaksana, watak mulia karakter yang akan menang.
Motif
parang melambangan kekuasaan dan kekuatan. Pada jaman dulu motif ini
hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Pada saat proses
produksi, batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran
yang tinggi. Kesalahan dalam pembatikan dipercaya akan menghilangkan
kekuatan gaib batik tersebut.
2. Motif Batik Parang Rusak Barong
Parang Rusak Barong |
Motif
batik Parang Barong merupakan salah satu pengembangan motif batik
parang, ciri khas dari motif ini adalah memiliki ukuran yang lebih besar
dari parang rusak, diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Motif
ini memiliki makna pengendalian diri dalam dinamika usaha yang
terus-menerus, kebijaksanaan dalam gerak, dan kehati-hatian dalam
bertindak.
Pada zaman dahulu hanya
boleh dipakai oeh Raja, dan Parang Rusak Barong mempunyai makna bahwa
Raja sebagai pemimpin harus selalu hati-hati, dapat mengendalikan diri
(lahir dan batin) sehingga menjadi pemimpin yang bertanggung jawab,
berwatak dan berperilaku luhur.
3. Motif Batik Parang Klitik.
Parang Klitik |
Motif
batik Parang Klitik merupakan pola parang yang memiliki bentuk stilasi
yang lebih halus dari parang rusak, bentuk lebih sederhana dan
mempunyai ukuran yang lebih kecil. Motif parang klitik ini menggambarkan
citra feminim, lembut, menggambarkan perilaku halus dan bijaksana.
Motif parang klitik ini pada jaman dulu banyak dikenakan oleh para
puteri raja.
0 Response to "Filosofi di Balik Motif-Motif Batik Parang, Batik Tertua di Indonesia - Part 1"
Post a Comment