Barita Seputar Batik dan Kerajinan




 

Deklarasi Kesepakatan Pembentukan Klaster IKM Perhiasan Perak di DIY (17 November 2007)
Dalam rangka pengembangan IKM perhiasan perak di DIY, agar mempanyai daya saing yang kuat di pasar global, maka para stakholder di bidang perhiasan perak di Yogyakarta menandatangani sebuah deklarasi kesepakatan pembentukan klaster IKM perhiasan perak, bertempat di Hotel Bintang Fajar Jl.Ngeksigondo Yogyakarta, dengan prakarsa dari Ditjen Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian RI. Adapun isi deklarasi tersebut meliputi Visi,Misi dan Rencana Aksi.

Visi : Terciptanya industri perhiasan perak DIY yang tangguh dan berdaya saing kuat di pasar global untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat DIY.
Misi :
  1. Meningkatkan kualitas SDM pengrajin dan pengusaha perhiasan perak di DIY.
  2. Meningkatkan daya saing produk perhiasan perak.
  3. Memperluas pemasaran perhiasan perak di pasar global.
Rencana Aksi :
  1. Menguatkan akses modal.
  2. Menjamin ketersediaan bahan baku dengan kualitas baik dan kompetitif.
  3. Optimalisasi pemanfaatan teknologi pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dengan tetap menjaga kelestarian tradisi dan ciri khas Yogyakarta.
  4. Mengembangkan desain dan meningkatkan kualitas produk perhiasan perak di DIY.
  5. Mendorong iklim usaha yang kondusif pada Industri Perak di Yogyakarta.
  6. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung.
  7. Menjalin kerjasama dengan pihak baik pemerintah maupun swasta.
  8. Meningkatkan promosi.
  9. Mewujudkan minat dan kecintaan generasi muda terhadap kerajinan perhiasan perak.
Batik Indonesia
Deklarator kesepakatan ini adalah para pegusaha perhiasan perak di DIY (Kotagede dan daerah lain), Dinas Perindag Prop DIY, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Bappeda di lingkup DIY.

Selanjutya setelah ditandatangani kesepakan ini akan disusun/dituangkan dalam rencana kegiatan yang mempunyai prioritas pada aspek yang penting dan mendesak terlebih dahulu.(jonis)

Seminar Internasional Zat Warna Alam (30 Okt 2007)
Seminar Internasional tentang teknologi proses, pembuatan dan pemanfaatan zat warna alam (ZWA) dari ekstrak tumbuh-tumbuhan telah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Oktober 2007 bertempat di Hotel Sahid Yogyakarta. Seminar ini diprakarsai oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, dengan para pembicara yaitu Peneliti Zat Warna Alam dari Jepang (Miss. Sughemi), Peneliti Zat Warna Alam dari Taiwan, Chen Ching-Liin (diwakili oleh Bpk.Dwi Suheryanto), Praktisi Batik dengan ZWA (Bpk. Hendri Suprapto) dan Ibu Evi Yuliati Rufaida dari BBKB.

Berkaitan dengan isu global tentang "back to nature" yang sedang hangat di dunia internasional dan sejak dilarangnya pewarna dengan gugus azo pada April 1996 oleh pemerintah Belanda, seperti telah diketahui bahwa gugus azo dalam pewarna sintetis dapat menyebabkan kanker kulit, membuat kita berpikir ulang dalam aplikasi pewarna pada kain batik. Sehingga munculah ide untuk menggunakan kembali zat warna alam pada batik, yang sebenarnya sudah dilakukan oleh nenek moyang kita. Menurut Sughemi-san dalam makalahnya di dalam buku kuno di Jepang, sekitar zaman NARA (710–794 M) telah ditemukan proses fermentasi indigo tetapi hanya bisa membuat dan bisa mencelup warnanya pada musim panas ( sekitar bulan 6 s/d 8), karena Indigonya belum ditemukan cara penyimpanan. Sedangkan penggunaannya menurut beliau Orang zaman dulu nama warna indigo tua memanggil "Kachi-iro". Dan "Kachi" itu artinya "menang". Maksudnya dua hurup Kanji "Kachi" bentuknya berbeda, tetapi tata bacanya sama-sama "Kachi", oleh karena itu disebut "Kachi-iro" mempercayai "warna menang" meskipun rupa kanjinya lain pun, dan tentara Jepang yang zaman dahulu seperti SAMURAI senang dipakai sebagai baju tentara yang kain terbuat indigo tua karena mendoakan menang dan mengharap bisa kembali dari tempat/medan perang. Sedangkan menurut Mr. Chen Ching-Liin dalam makalahnya bahwa di Taiwan isu untuk kembali ke alam sudah digulingkan sejak tahun 1960an. Yang paling banyak digunakan dalam pewarnaan alam di jepang adalah dari bahan indigo alam yang mereka sebut Tennen-ai. Sedangkan jenis tanaman yang menghasilkan warna indigo ini adalah Polygonum tinctorium Lour atau dalam bahasa jepang disebut Tade-Ai.

Bapak Hendri Suprapto menyampaikan bahwa pada saat ini peminat batik dengan zat warna alam kebanyakan masih didominasi dari luar negeri, karena menurut beliau ada kaitannya dengan taste (cita rasa), kemampuan (daya beli) dan kesadaran dari masyarakat luar negeri berbeda dengan bangsa indonesia. Masih menurut beliau pangsa pasar untuk produk batik dengan zat warna alam 75 % beliau dapatkan buyer dari Jepang selebihnya Eropa, Amerikad dan Lokal.
Sedangkan Ibu Evi Yuliati Rufaida memaparkan tentang pengujian mutu bati di Balai Besar kerajinan dan Batik, yang telah mempunyai Laboratorium Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik (LUK-IKB) dan pentingnya melindungi batik indonesia dan untuk menjaga kualitasnya dengan memberikan hak pemakaian batikmark"batik INDONESIA". Berikut adalah logo batikmark :



Dari hasil seminar ini diharapkan bahwa penggunaan zat warna alam untuk pewarnaan batik perlu lebih digalakkan dengan sinergi dari BBKB sebagai Balai Penelitian dan juga dari instansi lain seperti dinas peridag, civitas akademika maupun kalangan industri. Dan pengembangan lahan untuk penanaman pohon untuk diambil zat warnanya masih belum ditangani secara serius, selanjutnya bisa terwujud, sebab dari hasil perhitungan ekonominya juga manjanjikan.(jonis)
Batikmark" batik INDONESIA" (27 Okt 2007)
Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 74/M-IND/PER/9/2007 tentang Penggunaan Batikmark "batik INDONESIA" pada batik buatan Indonesia, maka BBKB merupakan Balai yang menerima permohonan dan menerbitkan sertifikat batikmark"batik INDONESIA"
Biaya Sertifikasi dan Syarat Mutu Batikmark :
  1. Biaya Administrasi Rp. 500.000
  2. Biaya Pengujian percontoh uji Rp. 242.000
  3. Biaya Pengambilan Contoh Rp. 250.000
  4. Biaya Perjalanan dan akomodasi petugas pengambilan contoh dibebankan kepada Perusahaan
Syarat Mutu :
  1. Memenuhi syarat mutu ciri batik (tulis,cap,kombinasi)
  2. Memiliki nilai mengkerut (perubahan dimensi) tidak lebih dari 3% untuk arah lusi dan pakan
  3. Memiliki tahan luntur warna terhadap pencucian (perubahan warna lebih baik atau sama dengan nilai 3-4 grayscale, penodaan warna lebih baik atau sama dengan nilai 3 staining scale)
  4. Memiliki tahan luntur warna terhadap gosokan (perubahan warna lebih baik atau sama dengan nilai 3-4 grayscale, penodaan lebih baik atau sama dengan nilai 3 staining scale)
Prosedur pengajuan Batikmark:
  1. Perusahaan mengajukan permohonan tertulis dan dilengkapi dengan profil perusahaan ditujukan kepada Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik di Yogyakarta.
  2. Balai Besar Kerajinan dan Batik melaksanakan pengambilan contoh uji di perusahaan.
  3. Contoh uji dilakukan pengujian di Laboratorium Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik (LUK-IKB) yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) No LP-235-IDN untuk diuji sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan.
  4. Apabila hasil uji memenuhi syarat mutu, maka kepada perusahaan tersebut diberikan sertifkat penggunaan batikmark"batik INDONESIA" oleh Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta.
  5. Sertifikat akan diserahkan dalam waktu tidak lebih dari 30 hari kerja sejak contoh uji diambil dari perusahaan oleh petugas pengambil contoh yang ditunjuk.
Sertifikat Penggunaan Batikmark :
  1. Masa berlaku Sertifikat Penggunaan Batikmark selama 3 (tiga) tahun.
  2. Perpanjangan masa berlaku Sertifikat Penggunaan Batikmark diberikan apabila memenuhi ketentuan yang berlaku.
  3. Perusahaan wajib memberikan data dan informasi yang benar mengenai batik yan dimohonkan Sertifikat Penggunaan batikmark.
  4. Tidak boleh memindahtangankan batikmark"batik INDONESIA" kepada pihak yang tidak berhak.
  5. Apabila terjadi pelanggaran penggunaan batikmark"batik INDONESIA" dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
  6. Melaporkan jumalh batik yang menggunakan batikmark persemester (Minggu pertama bulan Juli dan Januari)

 
 

Temu Bisnis Kerjasama Dinas Perindag Tasikmalaya dan BBKB (27 Okt 2007)
Temu Bisnis Dalam Rangka Peningkatan dan Pengembangan Kemampuan para Pengusaha Tasikmalaya untuk Memasuki Pasar Internasional kerjasama Dinas Perindag Tasikmalaya dan Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, telah dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2007 di Quality Hotel Yogkakarta.

Pameran Produksi Eksport Daerah
Pameran Produksi Eksport Daerah tanggal 25-29 Okober 2007 yang bertempat di Jogja Expo Center, menyedot banyak pengunjung dan buyer yang datang.
Batik Mengalami Titik Terang di Jepang

Kepeloporan GKR. Hemas akan Sutera Liar, Atakas dan Criculla, mendapatkan respon positif masyarakat Jepang. Hasil Kolaborasi Seniman Indonesia dan Jepang diperlihatkan dan Penghargaan diserahkan di Kraton Kilen, Rabu 15 September 2004.
Masyarakat Perbatikan dan Persuteraan, GKR. Pembayun, President of PT. Yarsilk, Bambang Sumardiyono, Batik nakula Sadewa, Alex Iskandar, Tusmatex dan Simon Lenan, Lenan Pearl of Silk Rabu 15 September 2004, bertemu Ryoichi Nakanishi, Executive Director of The Japan Blue Association, Kazuhito Yano, President of Yano Co. Ltd., Hidemori Nakanishi, President of Miyabi Or Co. Ltd and Masato Kuroda, Board of Trustees, International Society for wild silkmoths untuk bekerjasama lebih intens dalam pemasaran Batik dan Sutera Liar di Jepang. PT. Yarsilk adalah perusahaan yang bergerak dibidang pemintalan benang sutera liar telah merintis kegiatannya sekitar 10 tahun silam, melalui pengembangan produk Sutera Liar Atakas dan Criculla yang telah dipelopori oleh GKR. Hemas dan beberapa pendiri lainnya. PT. Yarsilk bekerjasama dengan Jepang untuk mengembangkan Produk Sutera Liar yang dalam perkembangannya melibatkan para seniman Jepang untuk pengembangan dan inovasi produk terutama Sutera Atakas dan Criculla. Hal ini memiliki dampak produk-produk Indoensia lebih mudah diterima masyarakat Jepang. Hasil ini terlihat dari Pameran atas kerjasama PT.Yarsilk dan Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB) di Jepang dan bahkan Kedutaan Besar Indonesia di Jepang sempat menggelar Fashion Show dan deminstrasi produk-produk Indonesia. Duta Besar Indonesia dan balai batik mengundang PT.Yarsilk mengadakan Pameran di Wisma Indonesia - Tokyo. Pameran ini menampilkan produk-produk hasil kolaborasi antara Bali batik, PT.Yarsilk dan Seniman Jepang. Kegiatan Pameran dilanjutkan oleh balai batik dan PT. Yarsilk serta Japan Blue Association di Tokyo. Pameran ini menyertakan 12 seniman Indonesia agar dapat mencari model kolaborasi dengan seniman Jepang sesuai dengan bidang seni yang ditekuninya, antara lain seni batik, wayang, tenun ikat, songket, sutera dan lain sebagainya yang dilanjutkan dengan kunjungan balasan seniman Jepang ke Indoensia.

(Dikutip dari www.batikindonesia.info)


 

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Barita Seputar Batik dan Kerajinan"

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.