Yayasan Batik Indonesia Ajukan Batik Indonesia ke UNESCO
Yayasan Batik Indonesia bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia akan mengusulkan ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO, agar menetapkan batik Indonesia sebagai Pusaka Dunia Nonbendawi atau Intangible World Heritage seperti wayang dan keris. Nota kesepahaman mengenai hal itu telah disampaikan kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Nota kesepahaman menurut rencana hari ini (Jumat) ditandatangani pihak Kadin dan Menko Kesra di Jakarta, Kata Diana Hariyadi, Direktur Manajemen PT Batik Danar Hadi di Solo, Jawa Tengah, Jumat(22/8).
Diana yang juga pengurus pada Yayasan Batik Indonesia (YBI) menambahkan, dalam pengajuan kepada UNESCO itu, YBI dan Kadin akan mengajukan beberapa bukti bahwa batik Indonesia adalah khas Indonesia, terutama dari segi proses produksinya. Diakui, batik merupakan public domain yang juga terdapat di sejumlah Negara.
Upaya YBI dan Kadin Indonesia agar batik Indonesia diakui sebagai pusaka dunia bertujuan agar batik tidak diklaim oleh Negara lain. "YBI hendak mengajukan bukti-bukti tentang batik Indonesia ke UNESCO, antara lain berupa dokumen yang menguatkan bahwa batik benar-benar mengakar dalam budaya bangsa Indonesia," ujar Diana.
Bukti yang berupa dokumen yang akan diajukan antara lain berupa buku Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungan karya Santosa Dullah (pemilik PT Batik Danar Hadi ), serta dokumentasi atas koleksi batik kuno dari Museum Batik Kuno Danar Hadi yang mencapai 10.000 lembar batik dari berbagai daerah dan zaman.
Obyek Wisata Terpadu
Diana menyatakan, kompleks bekas Ndalem Wuryaningratan yang diresmikan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Jumat malam, menjadi House of Danar Hadi adalah obyek wisata terpadu. Bangunan bekas ndalem (istana kecil) seluas 3.500 meter persegi, di areal seluas 1,5 hektar yang terletak di jalan Slamet Riyadi, Solo, ini dilengkapi Museum Batik Kuno, bangunan serbaguna Sasana Mangunsuka, serta toko batik dan cenderamata.
KPH Wuryaningrat (1885-1967) yang namanya diabadikan itu pernah menjadi Ketua Pengurus Besar Boedi Oetomo (BO), paviliunnya menjadi kantor BO. Selaku pejuang perintis kemerdekaan, almarhum menerima penghargaan Bintang Mahaputra dari Presiden Soekarno.
Koes Martyantono (39), cucu KPH Wuryaningrat, dalam kesempatan itu atas nama keluarga besar Wuryaningrat menyampaikan penghargaan kepada Batik Danar Hadi yang telah memugar Ndalem Wuryaningratan.
By Kompas, 23 Agustus 2008 Hal. 23
0 Response to "Yayasan Batik Indonesia Ajukan Batik Indonesia ke UNESCO"
Post a Comment